Senin, 13 Juli 2015

Antisipasi Bencana Alam


1.    Mengantisipasi Ancaman Gempa Bumi
Gempa buami adalah gerakan kulit bumi yang terjadi secara mendadak. Dampak gerakan itu bisa menyebabkan kerusakan yang parah. Bangunan yang ada diatasnya bisa hancur dan menelan korban jiwa.

Terjadinya bencana gempa bumi secara beruntun harus menyadari kita semua. Bumi yang kita tempati bisa bergerak dan menimbulkan kerusakan serta mengancam keselamatan jiwa kita. Apa yang harus kita lakukan untuk mengantisipasi terjadinya gempa bumi.
Untuk mengantisipasi bencan gempa ada beberapa langkah yang harus diketahui dan dilakukan masyarakat, yaitu :
a. Membuat rumah atau bangunan yang sesuai dengan standar. Bangunan harus dibuat tahan terhadap getaran atau tahan gempa.
b. Mengikuti penyuluhan tentang bencana alam yang diadakan pemerintah atau lembaga terkait. Hal ini penting untuk meningkatkan pengtahuan dan kesadaran kita.
c. Mempersiapkan anggota keluarga untuk menghadapi keadaan darurat. Caranya dengan mencoba beberapa cara penyelamatan. Siapkan pembekalan pengungsian, kenali tanda-tanda peristiwa, patuhi setiap ketentuan saat terjadi gempa dan pastikan keberadaan anggota keluarga.
d. Membentuk kelompok-kelompok siaga di masyarakat. Antar kelompok harus selalu terjalin komunikasi.
2. Mengantisipasi Ancaman Tsunami
    Tsunami adalah gelombang laut pasang yang disebabkan adanya gempa di dasar laut. Tinggi gelombang tsunami bisa mencapai sepuluh meter. Dampak yang ditumbulkannya sungguh dahsyat.
Mari kita kenali tanda-tandanya. Saat terjadi gempa didasar samudra tiba-tiba air laut dipantai menjadi surut. Apa bila kamu melihat hal itu bersegerahlah mencari tempat yang tinggi. Bisa jadi itulah awal mula akan datangnya gelombang tsunami.

1 Ada beberapa langkah yang harus diketahui dan diterapkan masyarakat, yaitu :
a. Masyarakat harus menghafalkan karakteristik gempa yang potensial menyebabkan tsunami. Gempa besar yang berpusat di dasar laut bisa menimbulkan suara gemuruh berkepanjangan.
b. Meningkatkan kewaspadaan saat berwisata dikawasan pantai.
c. Mengetahui secara pasti langkah darurat dan tempat-tempat evakuasi.
d. Masyarakat pantai harus turut menjaga kelestarian tanaman mangrove.




3. Mengantisipasi Ancaman Gunung Berapi
Indonesia kaya dengan gunung api, kita dengan mudah bisa menemukan gunung api diberbagai wilayah. Meletusnya sebuah gunung sebetulnya hal yang bisa terjadi. Namun, dampak letusannya tetap membahayakan masyarakat disekitar gunung berapi, kita harus mewaspadainya.
Ancaman letusan gunung berapi ada beragam. Awan panas yaitu campuran material letusan antara gas dan bebatuan. Suhunya antara 300-700oC dengan kecepatan lumpurnya di atas 70 km/jam. Lontaran material pijar yang terjadi ketika letusan berlangung. Luncuran pijar ini mampu membakar apa pun yang dilaluinya.
Hujan abu terjadi ketika gunung api meletus. Abu yang ditebangkan angin membahayakan pernapasan, mata, pencemaran air tanah dan merusak tumbuh-tumbuhan. Lava merupakan magma yang mencapai permukaan dalam bentuk cairan kental. Suhunya mencapai 700 – 1.200oC. Apabila mendingin akan menjadi batu beku.
Gas racun yang keluar bisa menyebabkan kematian. Gas ini tidak selalu berasal dari letusan gunung berapi. Gas ini dapat keluar melalui rekahan-rekahan yang terdapt di daerah gunung api.
Gunung meletus juga bisa menyebabkan tsunami. Hal ini terjadi pada gunung berapi yang terdapat di laut seperti letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dan dilaksanakan oleh masyarakat, yaitu :

         a. Masyarakat disekitar gunung berapi harus mengetahui secara pasti tempat dan jalur evakuasi.                           Tempat penampungan atau barak beserta jalur evakuasi harus dirawat dan dalam kondisi siap pakai.            Hal ini penting agar saat gunung meletus tidak terjadi kepanikan.
b. Masyarakat harus mengenali tanda-tanda terjadinya bencana gunung barapi. Misalnya turunya binatang dari puncak atau menyengatnya bau belerang.
c. Masyarakat harus mematuhi pengumuman dari instansi berwenang. Misalnya dalm penetapan status gunung berapi. Tahap-tahap status gunung yang akan meletus selalu diumumkan pemerintah. Harapannya masyarakat sadar dan menyiapkan langkah-langkah pengamanan.
4. Mengantisipasi Ancaman Tanah Longsor
 Tanah longsor adalah gerakan tanah dan bebatuan pada lereng sebuah gunung. Dampaknya sungguh luar bisa. Bayangkan apabila tanah dilereng itu melorot kebawa, bangunan dan permukiaman penduduk akan tertimbun. Saran transportasi, air minum dan beragam fasilitas sosial akan rusak.
Tanah di lereng gunung bisa longsor karena adanya peningkatan kandungan air diperut gunung. Penyebab lain adalah pembangunan permukiman di lereng gunung dan pemotong kaki lereng. Hal ini menyebabkan lereng tidak memilki penahan atau penyangga.
Seiring meningkatnya curah hujan, beberapa daerah potensial terjadi tanah lonsor. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan masyarakat, yaitu :                                
a. Menjaga kelestarian lingkungan pegunungan, misalnya dengan membuat teras siring, menhijaukan bukit dan memelihara saluran drainase.
b. Masyarakat harus sadar untuk tidak membangun rumah secara sembarangan di perbukitan. Pembangunan rumah akan menyababkan bukit kelebihan beban.
c. Masyarakat harus menghentikan penambangan liar di kaki bukit. Penambangan akan berakibat fatal bagi masyarakat umum.
5. Mengantisipasi Ancaman Bencana Banjir
Dampak bencana banjir bisa dikurangi apabila masyarakat aktif berperan serta dalamnya. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh masyarakat, yaitu :
a. Membiasakan hidup bersih dan sehat, buanglah sampah pada tempatnya. Ingat, sungai bukan tempat sampah. Perilaku membuang sampah di sungai harus dihentikan karena bisa menyebabkan banjir.
b. Tidak membangun rumah dibantaran sungai, masyarakat justru harus membarsihkan sungai secara teatur.
c. Meletakan dokumen penting secara benar. Sewaktu-waktu terjadi banjir harus diselamatkan. Selain itu, kenali tanda-tanda terjadinya bencana banjir.
6. Mengantisipasi Ancaman Bencana Angin Topan
Bencana angin topan atau angin puting beliung memang mendadak. Namun, masyarakat bisa mengantisipasinya agar dampak kerusakannya bisa diperkecil. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan masyarakat, yaitu :
a. Membuat bangunan yang kuat dari sisi rancangan bangun dan tahan terhadap tiupan atau pusaran angina. Hal ini penting untuk diketahui penduduk yang tinggal di jalur bertiupnya angin.
b. Mengurangi penggunaan bahan-bahan yang mudah terbang dalam pembuatan rumah atau bangunan.
c. Menggalakan penghijauan untuk mengurangi dan meredam gaya angin.
7. Mengantisipasi Ancaman Bencana Kebakaran Hutan
Langkah-langkah yang harus ditempuh masyarakat sebagai berikut :
a. Menghentikan kebiasaan membuka hsutan untuk dijadikan ladang. Hal ini penting karena saat membuka hutan bisanya penduduk membakar ranting, daun dan dahan yang bisa menyebabkan kebakaran.
b. Membisakan hidup disiplin terutama saat berada dikawasan hutan. Misalnya segera mematikan api atau putung rokok untuk menghindari kebakaran hutan.

By : Revendi April Saputra Girsang











Kamis, 04 Juni 2015

Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat

BAB I
PENDAHULUAN






A.    Latar belakang masalah

Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berawal dengan ditandatanganinya Persetujuan Renville pada 17 Januari 1948 .Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) bersama pasukannya yang terdiri atas Hizbullah dan Sabillah(kurang lebih sebanyak 4000 orang . Ia menolak untuk membawa pasukannya ke Jawa Tengah dan tidak mengakui lagi keberadaan RI.

B.     Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua. Khususnya dalam ilmu social masyarakat.


C.     Metode Penulisan

Penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan. Cara-cara yang digunakan pada penelitian ini adalah Studi Pustaka
Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan denga penulisan makalah ini.








BAB II
PEMBAHASAN




1.    Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)


A.    DI/TII Jawa Barat

Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berawal dengan ditandatanganinya Persetujuan Renville pada 17 Januari 1948 .Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) bersama pasukannya yang terdiri atas Hizbullah dan Sabillah(kurang lebih sebanyak 4000 orang . Ia menolak untuk membawa pasukannya ke Jawa Tengah dan tidak mengakui lagi keberadaan RI. dan tujuannya juga menentang penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat, S.M.Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949 di Desa Cisayong,Jawa Barat dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII) saat itu lah tidak sedikit rakyat yang menjadi korban. Upaya pemerintah untuk menghadapi gerakan DI/TII pemerintah bekerja sama dengan rakyat setempat.Dan dijalankan lah taktik dan strategi baru yang disebut Perang Wilayah.Pada 1 April 1962 dilancarkan Operasi Bharatayuda yaitu operasi penumpasan gerakan DI/TII. Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni 1962, S.M.Kartosuwiryo beserta para pengikutnya berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat.Ia sempat mengajukan grasi kepada Presiden,tetapi di tolak. Akhirnya S.M.Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati di hadapan regu tembak dari keempat angkatan bersenjata RI 16 Agustus 1962.

B.     DI/TII Jawa Tengah

Gerakan DI/TII di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai Sumolangu di bagian utara, yang bergerak di daerah Tegal, Brebes dan Pekalongan. Inti kekuataanya adalah pasukan Hizbullah yang dibentuk di Tegal,1946 dan pada 23 Agustus 1949, Amir Fatah memproklamasikan berdirinya Darul Islam dan menyatakan brgabung dengan DI/TII S.M.kartosuwiryo.Pasukannya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII) dengan sebutan Batalion Syarif Hidayat Widjaja Kusuma(SHWK).Untuk menghancurkan gerakan ini, Januari 1950 dibentuk Komando Gerakan Banteng Negara (GBN) dibawah Letkol Sarbini. Pemberontakan di Kebumen dilancarkan oleh Angkatan Umat Islam (AUI) yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahfudh Abdurrahman (Kyai Sumolanggu) Gerakan ini berhasil dihancurkan pada tahun 1957 dengan operasi militer yang disebut Operasi Gerakan Banteng Nasional dari Divisi Diponegoro. Gerakan DI/TII itu pernah menjadi kuat karena pemberontakan Batalion 426 di Kedu dan Magelang/ Divisi Diponegoro. Didaerah Merapi-Merbabu juga telah terjadi kerusuhan-kerusuhan yang dilancarkan oleh Gerakan oleh Gerakan Merapi-Merbabu Complex (MMC). Gerakan ini juga dapat dihancurkan. Untuk menumpas gerakan DI/TII di daerah Gerakan Banteng Nasional dilancarkan operasi Banteng Raiders.

C.     DI/TII Sulawesi Selatan

Gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar.Latar belakang pemberontakan ini berbeda dari yang terjadi di Jawa barat dan Jawa tengah. Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar mengirim surat kepada Pemerintah pusat untuk membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan anggotanya disalurkan ke dalam APRIS. Tenyata Kahar Muzakar menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan delam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak diantara mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan serta pada tahun 1952, ia menyatakan bahwa wilayah Sulawesi Selatan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia pimpinan S.M.Kartosuwiryo di Jawa Barat pada tanggal 7 Agustus 1953. Penumpasan pemberontakan Kahar Muzakar memakan waktu lebih dari 14 tahun. Faktor yang menjadi penyebab lamanya adalah rasa kesukuan yang ditanamkan dan gerombolan ini telah berakar di Hati rakyat Kahar Muzakar dan gerombolannya mengenal sifat rakyat dan memanfaatkan lingkungan alam yang sangat dikenalnya. Tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakar tertembak mati dalam sebuah kontak senjata dengan pasukan RI.
D.     DI/TII Aceh

Adanya berbagai masalah antara lain masalah otonomi daerah, pertentangan antargolongan, serta rehabilitasi dan modernisasi daerah yang tidak lancar menjadi penyebab meletusnya pemberontakan DI/TII di Aceh.Daerah Aceh sebelumnya menjadi daerah istimewa diturunkan statusnya menjadi daerah Karasidenan di bawah provinsi Sumatera Utara. Gerakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh yang pada tanggal 21 September 1953 memproklamasikan daerah Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan S.M.Kartosuwiryo dan memutuskan hubungan dengan Jakarta. Pemberontakan DI/TII di Aceh diselesaikan dengan diadakannya musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh pada tanggal 17 – 28 Desember 1962 atas inisiatif Pangdam I Bukit Barisan, Kolonel Jasin. Dalam musyawarah ini, dibicarakan berbagai permasalahan yang dihadapi dan kesalahpahaman yang terjadi.Akhirnya dari musyawarah bersama tersebut ialah pulihnya kembali keamanan di daerah Aceh.

E.     DI/TII Kalimantan Selatan

Pada akhir tahun 1950,Kesatuan Rakyat Jang Tertindas(KRJT) melakukan penyerangan ke pos-pos TNI di Kalimantan Selatan. KRJT dipimpin seorang mantan Letnan dua TNI yang bernama Ibnu Hadjar alias Haderi alias Angli.Ibnu Hadjar sendiri kemudian menyerahkan diri. Akan tetapi , setelah merasa kuat dan memperoleh peralatan perang, ia kembali membuat kekacauan dengan bantuan Kahar Muzakar dan S.M.kartosuwiryo. Pada tahun 1954, Ibnu Hadjar diangkat sebagai panglima TII wilayah Kalimantan. Akhirnya, Pemerintah melalui TNI berhasil mengatasi gerakan yang dilakukan oleh Ibnu Hadjar pada tahun 1959 dan Ibnu Hadjar berhasil ditangkap dan pada 22 maret 1965 dan ia dijatuhkan hukuman mati oleh pengadilan militer.









1.      Pemberontakan DI / TII
 DI / TII Jawa Barat( 7 Agustus 1949 , pimpinan Sekarmadji Maridjan kartosoewiryo )
A. Sebab Umum dan Khusus Pemberontkan dan Tujuan Pemberontkan

1. Sebab Khusus Pemberontakan :
Pemerintah RI menandatangani Perjanjian Renville yang mengharuskan pengikut RI mengosongkan wilayah Jawa Barat dan pindah ke Jawa Tengah , hal ini dianggap Kartosuwirjo sebagai bentuk pengkhianatan Pemerintah RI terhadap perjuangan rakyat Jawa Barat(karena ada beberapa komandan TNI yang menjanjikan akan meninggalkan
semua persenjataannya di Jawa Barat jika mereka hijrah nanti. ). Bersama kurang lebih 2000 pengikutnya yang terdiri atas laskar Hizbullah dan Sabilillah, Kartosuwirjo menolak hijrah dan mulai merintis usaha mendirikan Negara Islam Indonesia (NII).

2.      Sebab Umum Pemberontakan

-Kekosongan kekuatan di Jawa Barat
-Kartosuwirjo / rakyat menolak kalau Jawa Barat itu diserahkan kepada belanda begitu saja
-Rasa tidak puas dengan keputusan perjanjian yg mengharuskan TNI keluar dr daerah
kantong dan masuk ke wilayah RI
ttttttttttttttttttttttttttttttttt
3.      Apa Tujuan Pemberontakan

1. Ingin mendirikan negara yang berdasarkan agama islam lepas dari NKRI
    Sewaktu tentara Belanda menduduki ibukota RI di Yogyakarta.
2. Menjadikan Syariat islam sebagai dasar Negara ( pola tingkah laku ,dalam
    keluarga /masyarakat/ bangsa ataupun Negara) bersumber pada”Alqur’an , Hadist,Isma,Qias”.

1 Upaya Pemusnahan yang dilakukan Pemerintah
Pemerintah bekerja sama dengan rakyat setempat.Dan dijalankan lah taktik dan strategi baru yang disebut Perang Wilayah. Pada tahun 1 April 1962 pasukan Siliwangi bersama rakyat melakukan operasi “Pagar Betis(mengepung pasukan DI/TII dengan mengepung dari seluruh penjuru )” dan operasi “Bratayudha(operasi penumpasan gerakan DI/TII kartosuwirjo).

2.      Dimana Tertangkap ?

Pada tanggal 4 juni 1962, S.M.Kartosuwiryo beserta para pengikutnya berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat.

D.    Bagaimana nasib para pemberontak?

Sekarmadji Maridjan kartosoewiryo sempat mengajukan grasi kepada Presiden,tetapi di tolak. Akhirnya S.M.Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati di hadapan regu tembak dari keempat angkatan bersenjata RI 16 Agustus 1962.

 DI / TIik I Jawa Tengah (Pada tanggal 23 Agustus 1949, Pemimpinnya Amir Fatah dan Mahfu’dz Abdurachman ( Kyai Somalangu)).

A. Sebab Umum dan Khusus Pemberontkan dan Tujuan Pemberontkan

1.      Sebab Khusus Pemberontakan

Terjadi karena Batalion 624 pada Desmber 1961 membelot dan menggabungkan diri dangan DI/TII di daerah Kudus dan Magelang(selain di daerah Tegal-Brebes , di daerah selatan(Kebumen ) juga terdapat gerkan DI/TII yang dipimpin oleh Muhamad Mahfudh Abdurahcman / Kyai Somalangu .

4.      Tujuan Pemberontakan

1. Ingin mendirikan negara yang berdasarkan agama islam lepas dari NKRI
2. Menjadikan Syariat islam sebagai dasar Negara ( pola tingkah laku ,dalam keluarga      /masyarakat/ bangsa ataupun Negara) bersumber pada”Alqur’an , Hadist,Isma,Qias”.

B. Upaya Pemerintah Mengatasi Pemberontakan

Untuk menumpas pemberontakan ini pada bulan Januari 1950 pemerintah melakukan operasi kilat yang disebut “Gerakan Banteng Negara” (GBN) di bawah Letnan Kolonel Sarbini (selanjut-nya diganti Letnan Kolonel M. Bachrun dan kemudian oleh Letnan Kolonel A. Yani). Gerakan operasi ini dengan pasukan “Banteng Raiders.” Sementara itu di daerah Kebumen muncul pemberontakan yang merupakan bagian dari DI/ TII, yakni dilakukan oleh “Angkatan Umat Islam (AUI)” yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahudz Abdurachman yang dikenal sebagai “Romo Pusat” atau Kyai Somalangu. Untuk menumpas pemberontakan ini memerlukan waktu kurang lebih tiga bulan.
Pemberontakan DI/TII juga terjadi di daerah Kudus dan Magelang yang dilakukan oleh Batalyon 426 yang bergabung dengan DI/TII pada bulan Desember 1951. Untuk menumpas pemberontakan ini pemerintah melakukan “Operasi Merdeka Timur” yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Brigade Pragolo.

C. Bagaimana Nasib Pemberontak.

Pada awal tahun 1952 kekuatan Batalyon pemberontak terrsebut dapat dihancurkan dan sisa- sisanya melarikan diri ke Jawa Barat dan ke daerah GBN.

 DI / TII Sulawesi Selatan (Oktober 1950 Pepimpinya Kahar Mudzakar )

A. Sebab Umum dan Sebab Khusus Pemberontakan dan Tujuan pemberontakan.

1. Sebab Khusus pemberontakan
Karena ketidakpuasnya pada kebijakan pemerintah tentang rasionalisasi(15000 KGSS menjadi Anggota APRIS) Pemeritah RI Melancarkan operasi militer yang berintikan pasukan dari divisi siliwangi .

2. Sebab Umum Pemberontakan .
1. Terjadinya konflik antara anggota KGSS dengan TNI .
2. KGSS kecewa berat karena mulai 1 Juni 1950 KGSS dibubarkan oleh panglima
     TT VII kol Kaliuwarang
3. Kahar Muzakar kecewa kepada Kabinet Natsir yang tidak jadi mengangkatnya menjadi  komandan   yang punya 4000 orang di TNI A.

2.      Tujuan Pemberontakan

Kahar Muzakar menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan delam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya.

B. Upaya Pemerintah Mengatasi Pemberontakan

Pemerintah melakukan operasi militer. Baru pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan ditembak mati sehingga pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.

C. Bagaimana Nasib Pemberontak.

Tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakar tertembak mati dalam sebuah kontak senjata dengan pasukan RI. sehingga pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.

 DI / TII Kalimatan Selatan(Oktober 1950 , Pepimpinya Ibnu Hajar atau Haderi bin Umar atau Angli)

A. Sebab Umum dan Sebab Khusus Pemberontakan dan Tujuan pemberontkan

1. Sebab Khusus Pemberontakan
ALRI Divisi 4 kecewa kepada Pemerintah pusat karana gaji dan jaminan sosial diluar
pulau jawa lebih kecil disbanding gaji dan jaminan Perwira/ tentara di dalam pulau Jawa.

2. Sebab Umum Pemberontakan
Pemuda dan pejuang Kalimantan Selatan tidak mendapat sertifikat pejuang.

3. Tujuan Pemberontakan
Agar semua perwira dan tentara di dalam maupun diluar pulau jawa mendapatkan perlakuan yang adil.

B. Upaya Pemerintah Mengatasi Pemberontakan

1. Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan kepada Ibnu Hajar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota TNI. Ibnu Hajar pun menyerah, akan tetapi setelah menyerah melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi.

2.Pemerintah melakukan tindakan tegas dengan cara menggempur pusat
 pertahanan gerombolan Ibnu Hajar.

C. Bagaimana Nasib Pemberontak

Ibnu Hadjar berhasil ditangkap dan pada 22 maret 1965 dan ia dijatuhkan hukuman mati oleh pengadilan militer.








BAB III
PENUTUP

1.        Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
             
·         Eksistensi ulama dalam masyarakat sebelum kehadiran Belanda ke Aceh adalah sangat besar artinya. Ulama tidak hanya dipandang sebagai orang yang memiliki ilmu keagamaan semata, melainkan juga dianggap orang yang mampu menguasai adat istiadat serta pengetahuan lainnya.
             
·         Keterlibatan ulama sangat besar artinya terhadap kondisi sosial dan politik di Aceh. Secara politis, sejak awal kemerdekaan ulama Aceh sudah memegang peran yang sangat strategis, seperti yang dilakukan oleh Tgk. Muhammad Daud Beureueh dalam memperjuangkan status Daerah Istimewa bagi Aceh.
·         Pengaruh keterlibatan ulama Aceh dalam kancah politik adalah dapat menjadi pelopor dalam menyuarakan aspirasi masyarakat Aceh (umat Islam). Ulama juga ikut berperan dalam menggagas perdamaian di Aceh, seperti halnya dalam penyelesaian DI/TII dan juga ikut pro aktif dalam mengupayakan perundingan Helsinki, yaitu perundingan antara pemerintah RI dengan GAM.

2.  Saran-saran
o   Diharapkan kepada para pembaca kiranya dapat mengambil suri tauladan dari perjuangan para ulama Aceh dalam menyuarakan aspirasi umat Islam, serta turut pro aktif dalam menggagas perdamaian di Aceh.
o   Diharapkan kepada para guru dan calon guru sejarah dapat lebih giat berupaya untuk menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Upaya ini salah satunya adalah dengan semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

4.      http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Strategi_Nasional_dalam_Menghadapi_Peristiwa_Madiun/PKI,_DI/TII,_G_30_S/_PKI,_dan_Konflik-Konflik_Internal_Lainnya_9.2_(BAB_13)#1._Pemberontakan_DI_.2F_TII _di_Jawa_Barat
7.      Catatan Tambahan materi Alfian Maqdalia , Nana Nurliana Soeyono , Sudarini Suhartono , Esis ,Sejarah untuk kelas XII ,Penerbit Erlangga(hal 88-100)